Langsung ke konten utama

Nurdin Mahendra Pencipta Tarian Samaras Gamporo


Nurdin mahendra

Seni tari merupakan seni yang menampilkan gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran. Biasanya diiringi oleh bunyi-bunyian untuk memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Hampir di setiap daerah di indonesia memiliki tarian khas dan menjadi identitas dari daerah masing-masing. Mulai dari tari Saman Aceh, tari Pendet Bali, tari Piring Padang serta di banyak tempat lain di Indonesia. Tari merupakan aset daerah yang sangat berharga dan perlu dijaga kelestariannya.

Berbicara mengenai tari, di Sumbawa ada banyak sekali tarian yang diciptakan dengan latar belakang dan sejarah yang berbeda-beda, sesuai selera pencipta tarian tersebut. Nama-nama dari tariannya pun kian beragam sesuai dengan pesan, dan perasaan yang ingin disampaikan kepada publik.

Di Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa, ada seorang pegiat seni yang cukup mahir menciptakan tarian, bahkan tak jarang tarian yang dia ciptakan mampu menjuarai Festival Budaya di Sumbawa. Namanya Nurdin Mahendra, lahir di Empang pada 11 maret 1980. Dikalangan pencipta tari daerah, Nurdin terbilang masih sangat muda dan baru seumur jagung, tapi tidak disangka, kreasi-kreasi baru dalam gerak dan ide yang dia sematkan pada tari kreasinya mampu membawa namanya cukup kesohor di kalangan pegiat seni Sumbawa. Contohnya tari Samaras Gamporo yang dia ciptakan beberapa tahun lalu telah mampu menembus tingkat nasional.

Tari Samaras Gamporo merupakan tari kreasi baru yang menggambarkan kompleksitas dan keharmonisan bermain anak-anak dari tanah samawa. Aneka permainan yang dilakoni sudah turun temurun di kalangan anak samawa. Bermain, bernyanyi, bersenda gurau, bertutur kata, bersastra, bersuka cita, sesuai dengan gaya-gaya khas anak-anak sumbawa tentunya. Samaras gamporo berarti bergembira riang atau riang gembira.

Alur tari diawali oleh beberapa anak perempuan yang saling memanggil, mengajak temannya untuk bermain kemudian membentuk kelompok kecil sambil bernyanyi, bersenda gurau, sahut-sahutan dengan penuh suka cita. Di saat anak-anak perempuan sedang asyik bermain, datanglah beberapa anak laki-laki dengan olok-olokan mengganggu si perempuan.

Dengan sedikit kesal anak perempuan mengusir si laki-laki dengan berteriak dan menjewer. Anak laki pun berlari sambil tertawa ( Dalam bahasa sumbawa disebut Nyanyil ) kemudian suasana kembali ceria, anak perempuan pun melanjutkan aktifitasnya. Bermain kucing dan tikus, membentuk lingkaran besar dan kecil, dan bermain petak umpet.

Layaknya Hompimpa Alaium Gambreng, anak-anak sumbawa punya cara tersendiri untuk menentukan siapa yang akan berjaga-jaga yaitu dengan cara semua teman lain mengangkat telunjuknya keatas kemudian menaruhnya ditelapak tangan si penentu permainan. Siapa yang ketangkap jari telujuknya atau yang paling lama mengangkat jari telunjuk maka dialah yang akan berjaga duluan. Biasanya dalam melakukan ini anak-anak sambil bernyanyi "Jung Kasepit Kembali Jagung Si Jung Rea Entit Ka Peno Kakan Baso."

Terbukti tarian ini berhasil menjuarai Pestival Budaya Samawa pada 2014 dan juga menjadi juara pada perlombaan tari anak tingkat provinsi se-NTB. Lomba yang di adakan pada selasa, 19 april 2016 di taman budaya mataram itu telah mengantarkan Tarian Samaras Gamporo sebagai perwakilan Nusa Tenggara Barat pada Festival Nasional Tari Anak di TMII Jakarta yang akan digelar pada 6-7 Agustus 2016 bertempat di Tugu Api Pancasila TMII Jakarta. Tentunya doa dan harapan kembali akan mengiringi perjalanan mereka untuk mengenalkan cita rasa tarian Sumbawa kepada masyarakat indonesia dan dunia.

Mataram, 24 Juli 2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k