Langsung ke konten utama

Namanya Iqbal Sanggo



Lahir di Sumbawa bagian timur tepatnya kecamatan Empang pada 14 februari 1986, Muhammad Iqbal atau lebih akrab disapa Iqbal Sanggo adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tumbuh sebagai pemuda yang memiliki ketertarikan tersendiri terhadap dunia seni khususnya seni musik, ayahnya Syaifuddin HMS adalah pegawai negeri yang taat dan cukup dipandang ditengah masyarakat sedangkan ibunya Siti Hasanah adalah ibu rumah tangga.

Entah karena terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang seni ataupun hidup dalam lingkungan keluarga yang mencintai seni, yang jelas beliau sangat mahir memainkan berbagai jenis alat musik tradisional maupun alat musik modern seperti gitar, serune, rebana, jimbe dan lain sebagainya bahkan beliau juga menciptakan lagu-lagu daerah yang sangat hits disumbawa sekarang ini di album sambava dengan judul diantaranya bulung, guar tangar, damar kurung, kemang lala dan lain-lain.

Meski hanya menempuh pendidikan sampai S1, tetapi banyak teman-teman beliau yang mengatakan bahwa beliau memiliki pengetahuan yang luas terutama dibidang politik, budaya dan seni.

Ayah dari satu anak itu dikenal sebagai pribadi yang kocak, sering membuat temannya terhibur, tidak jarang beliau mengcucapkan hal-hal yang mengundang gelak tawa, disisi lain beliau adalah sosok yang kharismatik, kritis, tangguh bagi keluarga serta memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap orang-orang disekitarnya.

Menempuh pendidikan dasar di madrasah ibtidaiah kecamatan Empang pada 1998 beliau merupakan siswa yang lamban dan tidak terlalu menonjol dari aspek akademik tapi bakatnya akan dunia seni sudah mulai terlihat semenjak kecil terbukti dengan keikutsertaannya pada setiap lomba seni yang diadakan oleh sekolahnya baik pada tingkat kecamatan, kabupaten bahkan provinsi. potensi ini yang kemudian menjadikan beliau sebagai salah satu seniman termuda dan dihormati disumbawa sampai saat ini.



Tercatat beliau melanjutkan pendidikan di MTsN Empang pada 2001, dan MAN 3 sumbawa pada 2004. Selanjutnya menempuh pendidikan S1 pendidikan bahasa inggris FKIP di universitas mataram pada 2004 hingga akhirnya pindah ke universitas 45 mataram pada 2011 dan menyelsaikan studi ilmu komunikasi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.

Semasa kuliah beliau sangat aktif diberbagai organisasi baik internal kampus maupun eksternal kampus, beliau pernah menjabat sebagai sekjen HMP2K unram tahun 2008, ketua umum forum komunikasi pemuda, pelajar, dan mahasiswa samawa-mataram yang merupakan organisasi yang bersifat kedaerahan pada 2008-2010, Korwil KSBSI NTB 2010, selain itu beliau juga merupakan pendiri dari paguyuban seni KIAK G ART yang sampai sekarang ini pun masih tetap eksis.

Tak berhenti sampai disitu, beliau juga pernah menjadi pemuda pelopor tingkat nasional bidang sosial budaya pada tahun 2013 dan sampai sekarang ini menjabat sebagai Seketaris FPP (Forum pemuda pelopor) dan juga wakil rektor UTS (Universitas teknik samawa) yang merupakan salah satu universitas terbaik disumbawa.

Iqbal Sanggo adalah salah satu tokoh muda yang cukup menonjol di Sumbawa saat ini. Ia memiliki kapasitas, berjiwa sosial dan masih sangat muda. Meski saat ini beliau tengah mengemban amanah sebagai wakil rektor, tapi melalui rekam jejak beliau kita bisa belajar tentang bagaimana memaksimalkan peran pemuda di dalam masyarakat, bagaimana seharusnya pemuda memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan daerah khususnya Sumbawa.

Mataram, 29 Juni 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil

Angling Dharma dan Imajinasi Masa Kecil Di antara sekian banyak serial kolosal tanah air, favorit saya tetaplah Angling Dharma. Semasa masih SD dan SMP, saya tak pernah alpa menonton film ini. Saya sampi hapal nama-nama tokoh juga ajian pamungkasnya.  Semalam, saya menghabiskan waktu berjam jam untuk menyaksikan serial Angling Dharma di Youtube. Saya menonton ulang episode demi episode. Beberapa yang saya sukai adalah mulai dari Wasiat Naga Bergola hingga pertempuran melawan Sengkang Baplang.  Entah kenapa, meskipun sudah menonton berkali-kali, saya tak pernah bosan. Serial Angling Dharma punya cita rasa tersendiri bagi saya. Serial ini selalu mampu membangkitkan ingatan di masa kecil. Dulu, saya selalu menyembunyikan remot tv saat menyaksikan serial ini.  Salah satu adegan favorit saya adalah saat Angling Dharma beradu kesaktian dengan banyak pendekar yang memperebutkan Suliwa. Hanya dengan aji Dasendria yang mampu menirukan jurus lawan, ia membuat para musuhnya tak berkutik. Angling

Rahasia Sukses Timnas Maroko di Piala Dunia Qatar 2022

Timnas Maroko "Itulah bola, selalu ditentukan oleh nasib, sebagaimana Argentina vs Arab Saudi kemarin. Demikian pula yang terjadi pada Maroko malam tadi".  Kalimat di atas adalah contoh kalimat malas mikir. Tak mau menganalisa sesuatu secara objektif dan mendalam. Akhirnya tidak menemukan pembelajaran dan solusi apapun atas satu peristiwa.  Jangan mau jadi orang seperti itu. Berfikirlah secara rasional. Gunakanlah semua instrumen untuk menganalisa satu perkara. Perihal Maroko menang semalam itu bukan soal sepakbola itu ditentukan nasib, tapi soal kualitas pemain, strategi, mental tim, dan kerja keras.  Salah satu faktor kekalahan Argentina melawan Arab Saudi pada fase grup adalah efektivitas jebakan offside yang diterapkan Arab Saudi. Hal itu juga diiringi dengan efektivitas pemain Arab Saudi dalam mengkonversikan peluang menjadi gol.   Portugal menang 6-1 lawan Swiss bukan ujuk2 soal nasib baik, tetapi karena kolektifitas tim dan faktor yang disebutkan di atas tadi. Pelatih

Kesadaran Memiliki Anak

Gambar: google Lagi ramai soal " childfree " atau sebuah kondisi di mana seseorang atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak. Biasanya, penganut childfree ini beranggapan bahwa memiliki anak itu adalah sumber kerumitan. Benarkah?  Saya belum bisa menyimpulkan sebab sampai tulisan ini di buat, saya sendiri belum memiliki anak. Tapi, menarik untuk membahas tema ini. Saya senang dengan kampanye soal ribetnya memiliki anak, sekali lagi saya ulangi, jika kampanye itu bertujuan untuk membangun kesadaran bahwa tidak gampang memiliki, mengurusi, mendidik, dan membesarkan anak.  Maksudnya, jika kita ingin memiliki anak, sadari dulu konsekuensi bahwa memiliki anak itu tidak gampang. Para orang tua minimal dituntut untuk membesarkan anak ini secara layak. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja di sekitar kita, tak jarang orang tua mengeksploitasi anak untuk kepentingan yang tidak wajar.  Contoh kasus: saya sering melihat ibu-ibu mengemis di lampu merah sambil menggendong anak. Di kota-k